Garmin Teliti Potensi Smartwatch Deteksi Dini COVID-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Garmin, brand pelopor navigasi GPS dan perangkat nirkabel serta aplikasi yang dirancang bagi orang-orang yang memiliki gaya hidup aktif, baru-baru ini bekerja sama dengan para ilmuwan dari berbagai universitas serta institusi penelitian di seluruh dunia untuk meneliti potensi smartwatch sebagai perangkat yang dapat membantu deteksi dini virus corona.
Melalui kerjasama tersebut, Garmin dan para ilmuwan mengkaji potensi smartwatch Garmin sebagai perangkat yang dapat membantu masyarakat mengidentifikasi, melacak, dan memantau keberadaan COVID-19. ( )
Penelitian ini berangkat dari dua premis sederhana. Pertama, peningkatan detak jantung sebagai tanda awal dari common cold (selesma), flu atau COVID-19 . Kedua, smartwatch Garmin memiliki fitur pemantau detak jantung berbasis pergelangan tangan. Dengan menggabungkan dua hal tersebut, perangkat akan sangat membantu masyarakat untuk mendeteksi dini atas indikasi awal infeksi virus. Dalam penelitian ini, Garmin ingin menganalisa lebih lanjut potensi perangkat Garmin agar dapat memberikan manfaat di tengah kondisi saat ini.
Turut berpartisipasi dalam beberapa studi internasional, Garmin memberikan informasi bagaimana pengguna smartwatch Garmin dapat berkontribusi dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa studi internasional utama dengan kontribusi Garmin.
1. Studi Covidentify: Dapatkah Perangkat Wearable Mendeteksi Penyakit?
Garmin berpartisipasi dalam studi yang dilakukan oleh Duke University, yang disebut Covidentify, yang bertujuan memperlambat penyebaran COVID-19. Penelitian ini berguna untuk mempelajari cara melacak penyebaran COVID-19, mendapati saat seseorang mungkin rentan tertular, dan yang mempunyai resiko tertinggi saat terinfeksi.
Untuk itu, Garmin mendorong penggunanya untuk menautkan data pada smartwatch-nya ke studi ini untuk membantu para peneliti dalam mempelajari bagaimana detak jantung dan gerakan mereka terpengaruh oleh COVID-19.
2. Scripps Research DETECT: Apakah Smartwatch Anda Sudah Jadi Perangkat Deteksi?
Saat jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, hal tersebut bisa menjadi tanda seseorang terserang demam, flu, infeksi virus, bahkan COVID-19. Penelitian dari Scripps Research DETECT berusaha mencari tahu apakah perubahan pada denyut jantung, aktivitas dan kualitas tidur pada individu dapat menjadi indikasi awal dari penyakit yang sangat viral seperti COVID-19. ( )
Dalam penelitian ini, pengguna Garmin dapat ikut berpartisipasi melalui aplikasi MyDataHelps yang akan memandu mereka untuk memberikan persetujuan, menyinkronkan perangkat, dan memasukkan data pribadi yang dibutuhkan dalam aplikasi. Melalui data ini, para ilmuwan berharap dapat mengidentifikasi kemungkinan munculnya penyakit seperti influenza pada pengguna dan memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi wabah tersebut.
3. PhysioQ: Dapatkah Data Wearable Agregat Membantu Keluarga dan Dokter?
Institusi penelitian lain, yaitu PhysioQ, baru saja membuka daftar tunggu untuk NEO, sebuah platform pemantauan COVID-19 gratis yang dibuat untuk memantau kondisi keluarga di rumah. Dengan menggunakan produk-produk andalan yang dipercaya oleh para peneliti, termasuk smartwatch Garmin dan pelacak aktivitas lain, keluarga bisa merasa tenang karena dapat melakukan pemantauan pada tingkat saturasi oksigen, detak denyut jantung, dan lain-lain dari jauh.
Nantinya, data-data anonim yang berhasil dikumpulkan akan disumbangkan untuk membuat salah satu database terbuka COVID-19 terbesar di dunia. Beberapa peneliti telah menyetujui untuk menjalankan inisiatif ini, termasuk Dr. Andrew Ahn, internis dan peneliti yang merawat pasien di garis depan, dan Dr. Chung-Kang Peng, Director of the Center for Dynamical Biomarkers dan Associate Professor of Medicine at Harvard Medical School.
“Mampu memonitor SpO2 dan beat-to-beat intervals serta aktivitas dan kualitas tidur melalui perangkat ramah konsumen milik Garmin merupakan gamechanger yang sesungguhnya,” kata Dr. Chung-Kang Peng, seperti dikutip dari siaran resmi Garmin yang diterima SINDOnews.
“Kami percaya bahwa insights yang diperoleh dari data ini dapat mengubah pendekatan uji klinis kami dan secara signifikan mempercepat proses deteksi penyakit,” tambah Dr. Ahn.
Melalui kerjasama tersebut, Garmin dan para ilmuwan mengkaji potensi smartwatch Garmin sebagai perangkat yang dapat membantu masyarakat mengidentifikasi, melacak, dan memantau keberadaan COVID-19. ( )
Penelitian ini berangkat dari dua premis sederhana. Pertama, peningkatan detak jantung sebagai tanda awal dari common cold (selesma), flu atau COVID-19 . Kedua, smartwatch Garmin memiliki fitur pemantau detak jantung berbasis pergelangan tangan. Dengan menggabungkan dua hal tersebut, perangkat akan sangat membantu masyarakat untuk mendeteksi dini atas indikasi awal infeksi virus. Dalam penelitian ini, Garmin ingin menganalisa lebih lanjut potensi perangkat Garmin agar dapat memberikan manfaat di tengah kondisi saat ini.
Turut berpartisipasi dalam beberapa studi internasional, Garmin memberikan informasi bagaimana pengguna smartwatch Garmin dapat berkontribusi dalam penelitian ini. Berikut adalah beberapa studi internasional utama dengan kontribusi Garmin.
1. Studi Covidentify: Dapatkah Perangkat Wearable Mendeteksi Penyakit?
Garmin berpartisipasi dalam studi yang dilakukan oleh Duke University, yang disebut Covidentify, yang bertujuan memperlambat penyebaran COVID-19. Penelitian ini berguna untuk mempelajari cara melacak penyebaran COVID-19, mendapati saat seseorang mungkin rentan tertular, dan yang mempunyai resiko tertinggi saat terinfeksi.
Untuk itu, Garmin mendorong penggunanya untuk menautkan data pada smartwatch-nya ke studi ini untuk membantu para peneliti dalam mempelajari bagaimana detak jantung dan gerakan mereka terpengaruh oleh COVID-19.
2. Scripps Research DETECT: Apakah Smartwatch Anda Sudah Jadi Perangkat Deteksi?
Saat jantung berdetak lebih cepat dari biasanya, hal tersebut bisa menjadi tanda seseorang terserang demam, flu, infeksi virus, bahkan COVID-19. Penelitian dari Scripps Research DETECT berusaha mencari tahu apakah perubahan pada denyut jantung, aktivitas dan kualitas tidur pada individu dapat menjadi indikasi awal dari penyakit yang sangat viral seperti COVID-19. ( )
Dalam penelitian ini, pengguna Garmin dapat ikut berpartisipasi melalui aplikasi MyDataHelps yang akan memandu mereka untuk memberikan persetujuan, menyinkronkan perangkat, dan memasukkan data pribadi yang dibutuhkan dalam aplikasi. Melalui data ini, para ilmuwan berharap dapat mengidentifikasi kemungkinan munculnya penyakit seperti influenza pada pengguna dan memberikan langkah-langkah untuk menanggulangi wabah tersebut.
3. PhysioQ: Dapatkah Data Wearable Agregat Membantu Keluarga dan Dokter?
Institusi penelitian lain, yaitu PhysioQ, baru saja membuka daftar tunggu untuk NEO, sebuah platform pemantauan COVID-19 gratis yang dibuat untuk memantau kondisi keluarga di rumah. Dengan menggunakan produk-produk andalan yang dipercaya oleh para peneliti, termasuk smartwatch Garmin dan pelacak aktivitas lain, keluarga bisa merasa tenang karena dapat melakukan pemantauan pada tingkat saturasi oksigen, detak denyut jantung, dan lain-lain dari jauh.
Nantinya, data-data anonim yang berhasil dikumpulkan akan disumbangkan untuk membuat salah satu database terbuka COVID-19 terbesar di dunia. Beberapa peneliti telah menyetujui untuk menjalankan inisiatif ini, termasuk Dr. Andrew Ahn, internis dan peneliti yang merawat pasien di garis depan, dan Dr. Chung-Kang Peng, Director of the Center for Dynamical Biomarkers dan Associate Professor of Medicine at Harvard Medical School.
“Mampu memonitor SpO2 dan beat-to-beat intervals serta aktivitas dan kualitas tidur melalui perangkat ramah konsumen milik Garmin merupakan gamechanger yang sesungguhnya,” kata Dr. Chung-Kang Peng, seperti dikutip dari siaran resmi Garmin yang diterima SINDOnews.
“Kami percaya bahwa insights yang diperoleh dari data ini dapat mengubah pendekatan uji klinis kami dan secara signifikan mempercepat proses deteksi penyakit,” tambah Dr. Ahn.
(tsa)